Rabu, 20 Januari 2016

PENGANTAR  BERTANAM SECARA HIDROPONIK
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, masyarakat Jepang menduduki posisi tertinggi dalam konsumsi buah dan sayur, yaitu 150 kilogram per kapita per tahun,  sedangkan masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi sayuran sebesar 40,09 kg/kapita/tahun.  Walaupun tingkat konsumsi sayuran ini sudah meningkat dibandingkan dengan data tahun 2006, yaitu sebesar 34,15 kg/kapita/tahun (data Susenas), namun tingkat konsumsi ini masih berada di bawah standar FAO untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yaitu minimal 65 kg/kapita/tahun.  Untuk itu sosialisasi akan manfaat dan nilai gizi sayuran perlu lebih digalakkan lagi, serta diintegrasikan dengan kampanye penyadaran masyarakat untuk mengkonsumsi berbagai jenis sayuran dalam menu makan sehari-hari secara teratur, hingga mencapai minimal 200 gram per orang per hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menganjurkan agar setiap orang mengkonsumsi  buah dan sayur sebanyak 400 gram per hari yang setara dengan 2–4 porsi buah dan 3–5 porsi sayur, sementara rata-rata konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih berkisar  2,5 porsi per hari.
Di Indonesia, permintaan akan komoditas hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan jumlah penduduk. Hasil survai WHO diatas juga menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran konsumen, semakin tinggi pengeluaran untuk sayuran per bulannya dan semakin mahal harga rata-rata sayuran per kilogramnya yang mampu dibeli oleh konsumen. Artinya bahwa selain kuantitas, permintaan sayuran juga meningkat secara kualitas. Hal ini membuka peluang pasar terhadap peningkatan produksi sayuran, baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun di lain pihak, pengembangan komoditas sayuran secara kuantitas dan kualitas dihadapkan pada semakin sempitnya lahan pertanian yang subur, terutama di Pulau Jawa. Sampai saat ini, kebutuhan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas tinggi belum dapat dipenuhi dari sistem pertanian konvensional.
Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani. Selain hal-hal tersebut, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan pertanian. 
Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi tanah. 
 
Sejarah Hidroponik

Jika dulu kegiatan bercocok tanam identik dengan pemenuhan kebutuhan pangan, sekarang kegiatan ini bisa dijadikan hobi. Bagi kaum urban, menyalurkan kegemaran bercocok tanam terkait dengan kenyamanan hidup di tengah hiruk-pikuk dan polusi udara perkotaan serta bagian dari menghadirkan nuansa alami dan estetik di rumah. Selain itu, bercocok tanam di perkotaan bisa juga menghasilkan pangan, terutama jika yang dibudidayakan berupa sayuran dan buah-buahan berumur pendek.
Ide Awal Hidroponik Hidroponik sebenarnya bukan teknologi baru di dunia pertanian. Hidroponik muncul dari pemahaman bahwa tanaman hidup bukan karena tanah, tetapi dari unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah. Karena itu, jika unsur-unsur yang dibutuhkannya dipenuhi, tanaman bisa tumbuh tanp tanah. Mesir, Cina, dan India merupakan bangsa yang mula-mula mempraktekkan bertanam semangka, mentimun dan sayuran lainnya di bedengan pasir di pinggir sungai Mereka menyiramkan pupuk organik pada tanaman yang dibudidayakan sehingga bisa tumbuh optimal. Seiring perkembangan ilmu pertanian, dua ilmuwan Jerman, Julius Von Sachs (1860) dan W. Knop (1861-1865), membuktikan tanaman dapat hidup dalam media inert yang tidak menimbulkan reaksi kimia. Keduanya juga berhasil mongidentifikasi unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, baik dalam jumlah besar (hara makro) maupun sedikit (hara mikro). Pengetahuan ini mendorong penelitian-penelitian lanjutan yang difokuskan untuk membuat suatu larutan yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. 

PROSPEK USAHA HIDROPONIK

Kegiatan bercocok tanam identik dengan tanah, kotor, cacing, dim hal-hal lain yang bagi sebagian orang menjadi faktor yang memadamkan keinginan untuk melakoninya, meski kegiatan ini tergolong aktivitas produktif dan hobi. Jawaban lain problem ini adalah budi daya secara hidroponik alias bertanam tanpa tanah. Tanpa harus mengotori tangan dengan tanah, menyiram tanaman secara manual, dan berpanas-panas di bawah terik matahari, siapa pun dapat menyalurkan hobi bercocok tanam dengan metode hidroponik. Bahkan kini hidroponik juga bisa dilakukan di dalam ruangan. kemajuan teknologi di bidang pencahayaan menghasilkan lampu khusus untuk menggantikan fungsi sinar matahari hingga hidroponik dapat dilakukan di dalam rumah. Dengan tangan yang bersih, tak perlu jauh-jauh meninggalkan rumah, orang kota bisa menanam aneka jenis sayur untuk konsumsi sehari-hari. Menghasilkan produk pertanian sendiri seperti sayuran dan buah-buahan semusim di halaman, bahkan di beranda rumah, tentu merupakan kebanggaan tersendiri. Terlebih setelah memahami prinsip kerja hidroponik, bercocok tanam bukanlah hal yang sulit. Dengan kreativitas, berbagai macam hidroponik dapat dirakit dari peralatan yang tersedia di sekitar rumah.
Jika dibandingkan dengan cara konvensional, bertanam secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan. Pertama, penggunaan teknik ini dapat menekan serangan hama, cendawan, dan penyakit yang berasal dari tanah sehingga bisa meniadakan penggunaan pestisida. Kedua, hidroponik juga menghemat penggunaan areal tanam. Ketiga, dengan kontrol air dan unsur hara yang terukur, kualitas dan kuantitas panen menjadi terjamin.
Daya simpan sayuran hidroponik juga lebih lama dibandingkan ciengan sayuran yang ditanam secara konvensional. Dengan berbagai kelebihan dibandingkan dengan sayuran biasa, konsumen tidak keberatan merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan sayuran yang dihasilkan secara hidroponik ini.
Hidiroponik sebagai Usaha lebih dari sekadar hobi, hidroponik pun berkembang menjadi kegiatan bisnis yang menjanjikan keuntungan. Hidroponik menghasilkan sayur dan buah dengan penampilan menarik, lebih enak, dan sehat, sehingga sangat disukai masyarakat saat ini.
Bisnis yang Menjanjikan Pasar sayuran hidroponik tercipta seiring tren gaya hidup sehat masyarakat, terutama kelas menengah ke atas. Dalam hal mengonsumsi sayuran dan buah, masyarakat kelompok ini memilih sayuran yang berpenampilan bagus dan dihasilkan dengan cara sehat. Teknik hidroponik menghasilkan sayuran yang bebas residu pestisida sehingga lebih sehat dikonsumsi. Selain cita rasanya lebih renyah dan segar, tampilan sayuran hidroponik biasanya juga lebih mulus sehingga lebih menarik.
Display Hidroponik dapat ditempatkan di salah satu sudut pusat porbelanjaan sebagai upaya untuk menggaet konsumen Pasar hidroponik tidak hanya di kalangan masyarakat menengah ke atas yang sadar kesehatan, tetapi juga restoran dan hotel yang membutuhkan sayuran berpenampilan menarik. Koki hotel dan restoran cenderung rigid dalam memilih sayuran yang akan mereka hidangkan kepada para tamu, sehingga hanya sayuran dengan kualitas dan ponampilan seperti yang dihasilkan teknik hidroponik saja yang dipilih.


Gambar stan penjualan sayuran hidroponik di supermarket

Prospek pengembangan usaha hidroponik dewasa ini semakin bagus, hal ini bisa dilihat dari animo masyarakat dalam mengikuti pelatihan hidroponik di banyak kota-kota di Indonesia yang selalu diserbu peserta. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha diantaranya dengan membuka usaha edufarm, jasa pelatihan, penjualan sarana dan prasarana hidroponik.


Gambar kegiatan pelatihan hidroponik

Gambar animo peserta dalam mebgikuti pelatihan hidroponik

Gambar suasana toko penjualan sarpras hidroponik

JENIS-JENIS SISTEM HIDROPONIK

Sejak pertama kali dikenalkan, metode bertanam tanpa tanah ini telah mengalami perkembangan, hingga akhirnya saat ini dikenal berbagai macam hidroponik. Berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis sistem hidroponik berdasarkan metode pemberian larutan nutrisi.

Nutrien Film Technique (NFT)
Disebut Nutrien Film Technique (NFT) karena pada sistem hidroponik ini, pemberian nutrisi tanaman dilakukan dengan mengalirkan selapis larutan nutrisi setinggi kira-kira 3 m pada perakaran tanaman. Jika lebih dari itu, apalagi sampai menyebabkan perakaran terbenam terlalu dalam, tanaman bakal sulit mendapat pasokan oksigen dalam jumlah memadai
Agar tercipta selapis larutan nutrisi yang menggenangi perakaran biasanya digunakan talang air atau pipa PVC berukuran 3 inchi sebagai wadah penanaman dengan kemiringan tertentu. Dari bak penampungan atau tangki larutan nutrisi dialirkan ke dalam talang air atau pipa PVC menggunakan pompa listrik. Kombinasi antara kemiringan talang air atau pipa PVC dan kecepatan larutan nutrisi mengalir masuk ke dalam talang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta selapis larutan nutrisi seperti yang diharapkan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk budi daya hidroponik NFT adalah talang air, styrofoam, rockwool, pompa air, selang, pipa PVC, dan bak air. Kelebihan hidroponik NFT adalah mudah mengendalikan perakaran tanaman, kebutuhan tanaman akan air dapat terpenuhi dengan cukup, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman juga dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, serta tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode yang pendek. Sementara itu, kekurangannya adalah dibutuhkan biaya yang relatif besar untuk proses pembuatannya dan dalam proses perlakuannya juga sangat bergantung pada aliran listrik.



 Gambar Skema Proses Nutrien Film Technique (NFT)

Wick System

Metode hidroponik wick system atau sistem sumbu adalah metode hidroponik paling sederhana karena hanya memanfaatkan kapilaritas air. Larutan nutrisi dari bak penampungan menuju perakaran tanaman pada posisi di atas dengan perantara sumbu, mirip cara kerja kompor minyak. Peralatan yang dibutuhkan untuk hidroponik sistem sumbu adalah rockwool, sumbu, dan wadah penampungan larutan nutrisi. Sumbu dalam sistem ini biasanya menggunakan bahan-bahan yang mudah menyerap air, seperti kain vlanel. Kelebihan hidroponik sistem sumbu adalah  mudah merakitnya sehingga cocok bagi pemula. Kekurangannya adalah nutrisi dan oksigen cepat mengendap karena air tidak bergerak sehingga tanaman tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah cukup.



Gambar Skema Proses Wick System
 
Floating System

Floating system atau rakit apung dikenal juga dengan istilah raft system atau water culture system. Prinsip sistem hidroponik ini adalah tanaman ditanam dalam keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya dengan bantuan styrofoam sebagai penopangnya. Posisi tanaman diatur sedemikian rupa sehingga perakaran menyentuh larutan nutrisi. Karena akar terendam larutan nutrisi, akar tanaman yang dibudidayakan dengan sistem ini rentan mengalami pembusukan. Karena itu, untuk menambah oksigen teriarut, biasanya dialirkan udara ke dalam larutan tersebut menggunakan aerator.Peralatan yang digunakan dalam hidroponik rakit apung adalah styrofoam, rockwool, ember atau bak penampung larutan nutrisi. Kelebihan hidroponik rakit apung adalah tanaman mendapat pasokan air dan nutrisi secara terus-menerus. Mempermudah perawatan karena tanaman tidak perlu disemprot.



Gambar Skema model floating system

Ebb and Flow

Ebb and Flow biasa juga disebut hidroponik sistem pasang surut. Disebut demikian karena pada sistem ini larutan nutrisi diberikan dengan cara menggenangi atau merendam wilayah perakaran untuk beberapa waktu tertentu. Setelah itu, larutan nutrisi dialirkan kembali ke bak penampungan. Prinsip kerja sistem ini adalah larutan nutrisi dialirkan ke dalam wadah atau bak penanaman berisi pot yang telah diisi media tanam. Pompa dihubungkan dengan pengatur waktu atau timer sehingga lama dan periode genangan dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Pada dasar bak dipasang sipon yang berfungsi mengalirkan kembali larutan nutrisi ke bak tampung secara otomatis.


Gambar Skema Proses Metode hidroponik Ebb and Flow

 Drip Irrigation

Drip irrigation atau fertigasi sering juga disebut dengan irigasi tetes. Hidroponik ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan larutan nutrisi ke wilayah perakaran tanam melalui selang irigasi menggunakan dripper yang sudah diatur dalam selang waktu tertentu sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal dan memenuhi kebutuhan tanaman. Metode ini mengadopsi teknologi irigasi tetes yang mula pertama diperkenalkan di israel, lalu menyebar hampir ke seluru penjuru dunia. Pada awalnya teknologi ini sangat cocok diterapkan pada kondisi lahan kering berpasir, air yang sangat terbatas, iklim yang kering, dan komoditas yang diusahakan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dalam drip irrigation larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampungan sehingga pengaturan waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan perlu dilakukan secara cermat agar pemberian nutrisi dapat efisien tanpa ada nutrisi yang terbuang.
Pada hidroponik drip irrigation atau irigasi tetes, larutan nutri diberikan dengan cara meneteskan pada wilayah perakaran tanaman. Komponen utama irigasi tetes adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Paralon berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman sesuai dengan jarak antar-tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya diperlukan pompa air yang dilengkapi dengan kran dan saringan air ke pipa utama. Tidak lupa juga pipa konektor untuk sambungan.



Gambar Skema Proses Drip Irrigation

 Hidroponik irigasi tetes mutlak membutuhkan substrat atau media tanam seperti batu apung, pasir, serbuk gergaji atau gambut yang berfungsi sebagai tempat akar dan memperkokoh dudukan tanaman. Karena itu, media tanam metode irigasi tetes harus dapat menyerap nutrisi, air dan oksigen yang dibutuhkan tanaman. Hindari media tanam yang partikelnya berukuran terlalu halus karena dapat menyebabkan aliran oksigen menjadi kurang lancar. Media tanam hidroponik irigasi tetes juga tidak boleh memiliki kandungan racun atau bersifat toksik bagi tanaman. Media tanam yang digunakan berupa serbuk gergaji yang berasal dari kayu yang pernah diletakkan di laut sehingga memiliki memiliki kandungan garam dapur (NaCI) yang tinggi dan bersifat toksik bagi tanaman. Batu apung dan pasir dari laut juga tidak dianjurkan digunakan karena memiliki kandungan NaCO3 pasalnya saat terlepas ke subtrat, NaCo3 akan mengikat besi (Fe) sehingga terjadi defisiensi atau kekurangan unsure besi pada tanaman yang dibudidayakan di dalamnya.
Jika menggunakan pasir, dianjurkan memakai pasir vulkanis dari letusan gunung berapi. Media tanam dari bahan bertekstur lunak juga tidak dianjurkan karena gampang melapuk atau rusak yang bisa mengganggu perakaran tanaman.  Selain media tanam seperti dijelaskan di atas, peralatan lain yang diperlukan untuk budi daya hidroponik irigasi tetes adalah pot atau polybag untuk tempat tanaman. Kelebihan sistem irigasi tetes adalah larutan nutrisi yang diberikan  mendekati keseimbangan dengan kebutuhan tanaman, serta meminimalisasi larutan yang terbuang. Selain itu, kontinuitas pemberian air di sekitar daerah perakaran menyebabkan kelembaban pada daerah perakaran menjadi tinggi, sehingga stres pada tanaman yang biasanya terjadi akibat kekurangan air dapat diminimalisasi. Namun kekurangannya, jika media tanamnya memadat, jumlah oksigen menjadi berkurang. Solusi dari kekurangan ini adalah menggunakan media tanam yang tepat, seperti arang sekam murni yang dicampur serbuk sabut kelapa. Sistem ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran buah seperti tomat, paprika, cabai, dan terong atau yang memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.


Aeroponik

Aeroponik dapat diartikan sebagai bercocok tanam di udara karena akar tanaman yang dibudidayakan diposisikan menggantung di udara dan larutan nutrisi diberikan dengan cara disemprotkan atau pengabutan. Untuk penyemprotan ini biasanya digunakan pompa bertekanan tinggi agar butiran yang dihasilkan sangat halus atau dalam bentuk kabut. Penyemprotan dilakukan secara berkala dengan durasi tertentu menggunakan pengatur waktu. Larutan nutrisi yang telah disemprotkan akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali.
Aeroponik menggunakan peralatan slyrofoam, pompa, nozel, pipa PVC, dan bak penampung. Kelebihan aeroponik ini tanaman mendapat pasokan air, oksigen, dan nutrisi secara berkala dalam jumlah yang mencukupi. Kelebihan penggunaan larutan nutrisi dalam aeroponik lebih hemat diberikan dengan cara pengabutan dan tanaman lebih mudah menyerap karena nutrisi berukuran molekul kecil. Sementara itu, kekurangannya adalah biaya untuk instalasi aeroponik terbilang cukup mahal dan sangat tergantung pada listrik.

Gambar Skema proses metode hidroponik sistem aeroponik


 PENGENALAN BAHAN DAN ALAT DALAM HIDROPONIK

Untuk menanam baik secara hidroponik maupun secara konvensional tentu saja kita perlu  menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan menanam. Adapun alat dan bahan yang umum disiapkan dalam budidaya secara hidroponik antara lain sebagai berikut :

- ALAT
Dalam menunjang kegiatan budidaya hidroponik diperlukan peralatan pendukung. Berikut ini adalah beberapa peralatan yang umum ada dalam kegiatan budidaya hidroponik

a.         TDS / EC meter
Alat untuk mengukur kepekatan mineral yang terlarut dalam air. Alat ini sangat penting agar kebutuhan mineral atau nutrisi bagi tanaman dapat terukur dengan baik. Apabila angka yang muncul setelah pengukuran (kepekatan mineral) kurang dari standard kebutuhan tanaman, maka kita bisa segera memberikan penambahan pekatan AB mix yang sudah disediakan. Penggunaan alat ini dengan cara membuka tutup ujung pengukur, kemudian tekan tombol on, setelah menyala pastikan di layar menunjukkan angka 0 (nol), setelah itu masukkan ujung pengukur ke dalam tendon air sampai batas yang ada dalam TDS, tunggu beberapa saat sampai angka muncul dan stabil (tidak naik/turun lagi), kemudian bandingkan dengan standard kebutuhan tanaman yang ada.


 Gambar Contoh alat TDS

b.         pH meter
pH meter digunakan untuk mengukur berapa derajat keasaman air dalam tandon instalasi hidroponik. Apabila angka yang muncul kurang/lebih dari standard tumbuh bagi tanaman, maka dapat dilakukan tindakan untuk menaikkan/menurunkan derajat keasaman air dalam tendon.


 Gambar pH meter

c.         Thermo higrometer
Alat ini berfungsi untuk mengetahui suhu dan kelembaban dalam ruangan. Suhu dan kelembaban sangat penting kaitannya dengan pertumbuhan tanaman, sehingga dengan kita mengetahui berapa tingkat suhu dan kelembaban sekitar media tanam, bisa dijadikan dasar dalam penentuan langkah yang diambil.


Gambar Thermo Higrometer

d.         Hole shaw
Alat ini berfungsi untuk membuat lubang dasar netpot/wadah media tanam. Alat ini penting ketika kita ingin membuat lubang tanam pada instalasi yang menggunakan bahan paralon PVC.


Gambar Contoh Hole shaw
 
e.         Netpot
Alat ini berfungsi sebagai wadah media tanam yang kita gunakan, penggunaan netpot sangat penting pada semua model hidroponik kecuali pada drip irrigation.


Gambar Netpot

f.          Bor Listrik
Penggunaan alat ini dengan hole shaw mutlak diperlukan untuk membuat lubang tanam pada material instalasi hidroponik dari paralon PVC. Selain itu penggunaan bor listrik paling banyak untuk membuat instalasi hidroponik terutama untuk mengencangkan baut roofing pada material baja ringan. Penggunaan alat ini harus dengan hati-hati dan sesuai dengan SOP K3 yang ada.
Gambar contoh bor listrik

g.         Gerinda listrik
Alat ini digunakan untuk memotong material rangka instalasi baik berupa baja ringan, besi dll. Selain itu alat ini digunakan untuk memotong paralon PVC maupun talang. Penggunaan alat ini harus dengan hati-hati dan sesuai dengan SOP K3 yang ada
 Gambar gerinda listrik

h.        Selang HDPE
Selang ini terbuat dari material khusus yang mampu menghindari tumbuhnya lumut dalam selang. Selang HDPE ada beberapa macam ukuran tergantung dari tujuan penggunaannya. Selang HDPE sangat penting dalam instalasi hidroponik model drip irrigation.
Gambar selang HDPE

i.          Manifold
Alat ini berfungsi untuk membagi aliran air ke dalam saluran-saluran selang yang mengaliri tanaman. Alat ini bisa dibuat sendiri maupun membeli di pasaran.


Gambar Contoh Manifold

j.           Niple selang
Alat ini berfungsi sebagai penyambung antara selang dengan paralon maupun manifold dengan keistimewaan sambungan menjadi rapat dan kencang serta tidak membuat aliran menjadi luber/menetes


Gambar Contoh Niple selang

k.         Stick Driper
Alat ini berfungsi untuk mengatur aliran air menetes sesuai dengan yang kita kehendaki khususnya pada hidroponik model drip irrigation. Semakin dalam kita memasukkan ujung stick ke selang, maka aliran air akan semakin kecil menetes


Gambar Contoh Stick Driper

l.          Nozle
Alat ini berfungsi mengubah aliran air menjadi semprotan kabut. Penggunaan alat ini sangat penting dalam hidroponik dengan model aeroponik. Prinsip kerja alat ini mirip dengan sprinkle untuk penyiraman taman. Alat ini terdiri dari bebera[a macam model, diantaranya yang menyemprot dengan sisi sampai 90C,180 C dan 360 C.
 
Gambar Nozle

m.       Pelubang styrofoam
Alat ini berfungsi untuk membuat lubang pada styrofoam sesuai ukuran netpot. Cara kerja alat ini dengan cara memanaskan elemen kawat, setelah itu segera disentuhkan pada bagian atau titik yang hendak dilubangi.


Gambar pelubang styrofoam

BAHAN

Bahan merupakan bagian inti dalam kegiatan budidaya hidroponik, karena merupakan sesuatu yang vital dan mutlak ada dalam kegiatan budidaya serta memiliki sifat yang habis pakai. Berikut ini adalah beberapa bahan yang perlu disiapkan ketika akan melakukan kegiatan budidaya hidroponik

a.    Rockwool
Bahan ini terbuat dari batuan basalt yang dipanaskan dalam suhu tertentu, sehingga terbantuk substrat yang cocok untuk pertumbuhan akar tanaman. Keunggulan dari rockwool yang paling menonjol adalah kemampuan menyerap dan menyimpan air yang sangat tinggi, sehingga sangat cocok digunakan untuk budidaya tanaman sistem hidroponik


Gambar Contoh Rockwool

b.    Cocopeat
Cocopeat merupakan media tanam organik yang terbuat dari serbuk sabut kelapa. Karena bersifat organik, maka bisa dikatakan cocopeat adalah media tanam yang ramah lingkungan. Cocopeat merupakan media tanam yang memiliki daya serap air yang sangat tinggi, memiliki rentang pH antara 5,0-6,8 dan cukup stabil, sehingga bagus untuk pertumbuhan perakaran tanaman. Dalam penggunaannya, biasanya cocopeat dicampur dengan media tanam lain seperti sekam bakar dengan perbandingan 50 : 50. Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mempertinggi aerasi pada media tanam, karena daya serap air cocopeat sangat besar sehingga tingkat aerasi kecil. Tingkat aerasi ini berfungsi agar akar dapat bernafas (menyerap oksigen) lebih baik.


Gambar cocopeat

c.    Hydroton
Hydroton merupakan media tanam hidroponik yang terbuat dari bahan dasar lempung yang dipanaskan, berbentuk bulatan-bulatan dengan ukuran bervariasi antara 1 cm-2,5 cm. Dalam bulatan-bulatan ini terdapat pori-pori yang dapat menyerap air (nutrisi) sehingga dapat menjaga ketersediaan nutrisi untukHydroton memiliki pH netral dan stabil. Dengan bentuk yang bulat (tidak bersudut), maka dapat mengurangi resiko merusak akar, dan ruang antar bulatan-bulatan ini bagus untuk ketersediaan oksigen bagi akar. Hydroton dapat dipakai berulang-ulang, cukup dicuci saja dari kotoran jika akan digunakan untuk penanaman selanjutnya.
Gambar Hydroton
d.    Sekam bakar
Sekam bakar merupakan salah satu media tanam yang sering dan umum dipakai, tidak hanya untuk budidaya hidroponik saja tetapi juga untuk budidaya-budidaya tanaman dalam pot. Media tanam ini mudah kita temui dan harga sangat ekonomis. Sekam bakar memiliki daya ikat air yang cukup bagus, serta aerasi yang baik. Merupakan media tanam organik sehingga ramah lingkungan, pH netral sehingga bagus untuk perakaran tanaman. Dalam penggunaannya pada budidaya hidroponik, sering dicampur dengan cocopeat.
 
Gambar sekam bakar

e.    Perlite
Perlite merupakan media tanam yang dibuat dari batuan silika yang dipanaskan pada suhu tinggi. Perlite memiliki aerasi yang bagus, pH netral dan bobot yang sangat ringan (mirip busa/styrofoam). Perlite memiliki daya serap air cukup baik sehingga bagus untuk perakaran. Dalam penggunaannya, biasa dicampur dengan media tanam lain seperti cocopeat atau vermiculite.


Gambar perlite
f.     Vermiculite
Vermiculite memiliki sifat yang hampir sama dengan perlite, terbuat dari batuan yang dipanaskan pada suhu tinggi. Tetapi verculite memiliki daya serap air lebih tinggi dan bobot lebih berat dari perlite. Dalam penggunaannya, biasa dicampur dengan perlite dengan perbandingan tertentu.
 
Gambar vermiculite

g.    Kain Flanel
Kain flanel atau felt adalah jenis kain yang dibuat dari serat wol, tanpa ditenun. Kain ini memiliki sifat yang mudah menyerap dan menyimpan air. Kain ini juga mudah ditembus oleh akar, sehingga sangat cocok untuk budidaya sistem hidroponik.


Gambar kain flanel
h.    Nutrisi AB mix
Nutrisi hidroponik adalah pupuk yang telah diformulasikan khusus dari garam-garam mineral yang larut dalam air, nutrisi ini terdidri dari 2 paket larutan yang terpisah, yaitu paket A dan paket B. Masing-masing paket ini dilarutkan terpisah dalam tandon air.


Gambar nutrisi AB mix

i.      Benih
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji yang berasal dari biji yang terpilih yang digunakan untuk mengembang biakkan tanaman tersebut.


Gambar benih yang umum digunakan dalam hidroponik

PENYEMAIAN

Secara umum, ada empat tahapan dalam proses penyemaian bibit hidroponik, yaitu:
  • Masa semai
  • Masa Sprout
  • Masa migrasi
  • Masa tumbuh
Masa semai yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari penempatan benih/bibit (biji) ke media tanam (rowckwool, cocopeat, sekam bakar, dll) sampai terjadinya sprout. Setelah benih dimasukkan ke dalam media tana di trai, tutup tempat semai (trai) tersebut memakai plastik gelap dan jangan terkena matahari langsung. Waktu penutupan tempat semai sampai sprout bervariasi, ada yang butuh 2x24 jam ada juga yang sampai berminggu-minggu. Anda hanya perlu rajin-rajin mengintip benih yang sudah ditanam. Bila telah muncul kecambah segera buka plastik penutup.
Selama masa semai ini, pastikan media tanamnya (rockwool,dll) tidak kering. Supaya tetap mengandung kadar air maka Anda perlu menyemprotnya dengan sprayer setiap hari secara rutin. Atau menyimpan media tanam itu di dalam baki berisi air.

Cara Semai Bibit HIdroponik
Dibawah ini tahapan Semai benih menggunakan rockwool :
a.    Potong rockwool sesuai ukuran yang anda kehendaki  1.5×1.5×1.5 cm, atau 2x2x2 cm, atau sesuai  kebutuhan anda, sesuaikan dengan besar netpot / pot yang digunakan,  usahakan jangan terlalu besar
b.    Setelah dipotong seperti langkah pertama selanjutkan celupkan potongan rockwool ke air tanpa nutrsi, setelah dicelup kibas kan rockwool biar tidak terlalu basah.
c.    Ambil tusuk gigi /alat lain untuk membuat lubang pada rockwool sesuaikan  dengan besar benih
d.      Masukkan benih pada lubang yang telah anda buat pada tahapan C, untuk sayuran daun seperti sawi,pakcoy,lettuce anda bisa menaruh 1- 2 benih tiap rockwool, untuk kangkung, seledri anda bisa menaruh sampai 4-5 benih.
e.     Jika Semua potongan rockwool sudah anda beri benih maka langkah selanjutnya adalah menutup tray semai menggunakan plastik hitam dan taruh tray semai di tempat gelap.
f.      Biasanya benih sayuran 1-3 hari sudah mulai sprout kalau benih cabai bisa lebih lama lagi, Jika benih mulai sprout langsung kenalkan sinar matahari.
Gambar kegiatan menyemai benih pada media rockwool

Cara Menumbuhkan Bibit Hidroponik (Masa Sprout)

Masa sprout yaitu masa ketika biji yang sudah ditanam telah menumbuhkan kecambah (sprout). Setelah berkecamah dan berdaun, bibit ini bisa mulai diperkenalkan dengan sinar matahari langsung. Penyinaran benih ini dilakukan pada waktu pagi hari selama 2-3 jam. Lakukan setiap hari sampai benih siap untuk dimigrasikan (dipindahkan) ke netpot di instalasi hidroponik. Selama masa ini Anda tidak perlu memberikan nutrisi apa pun, Anda hanya perlu memastikan kecukupan kadar air di media tanam.


Gambar bibit sayuran yang mulai tumbuh

Cara Pemindahan Bibit Hidroponik (Masa Migrasi)

Masa migrasi yaitu masa pemindahan bibit yang sudah tumbuh di media tanam ke instalasi hidroponik  baik itu berupa hidroponik sistem sumbu, hidroponik sistem terapung, maupun hidroponik sistem tetes. Waktu yang tepat untuk memindahkan bibit siap tanam? Kurang lebih ketika bibit telah memiliki 4 daun. Bibit yang sudah berdaun 4 sudah siap dipindahkan ke instalasi hidroponik. Sebaiknya tempatkan di bawah jaring atau atap pelindung supaya matahari tidak langsung menyinari tanaman. Sampai pada tahap ini, Anda perlu melakukan pemberian nutrisi tanaman yang sesuai dengan jenis tanaman. Pastikan dosisnya tidak berlebihan untuk menjaga tanaman agar tidak keracunan nutrisi.

Masa Tumbuh Bibit Hidroponik

Masa tumbuh merupakan waktu setelah benih masuk ke instalasi hidroponik sampai ia dipanen kelak. Selama masa ini pastikan nutrisi diterima semua tanaman secara merata


PEMELIHARAAN
Setelah melalui proses semai seperti tahapan diatas, langkah selanjutnya adalah memindah tanaman ke sistem hidroponik yang telah kita siapkan. Anda bisa menggunakan sistem hidroponik seperti yang anda kehendaki, yang sering digunakan untuk tanam sayuran adalah sistem NFT, wick dan juga rakit apung. Sedangkan untuk tanam sayuran buah sistem yang lazim digunakan adalah sistem fertigasi. Saat minggu pertama pindah tanam gunakan larutan nutrisi pada EC yang rendah, naikkan EC sesuai dengan umur tanaman.Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam rangkaian pemeliharaan tanaman pada sistem hidroponik adalah dengan cara menjaga tanaman dan juga lingkungan perakaran dan lingkungan tanaman mendukung untuk produksi optimal tanaman yang kita tanam. Usahakan kondisi lingkungan mendukung. Selalu kontrol suhu, kepekatan dan juga ph larutan nutrisi agar sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman hidroponik yang sedang kita tanam.  Untuk melindungi tanaman dari hama anda bisa menggunakan green house dalam pemeliharaan tanaman hidroponik, namun demikian ada juga petani hidroponik yang tanpa menggunakan green house.
  Gambar ektifitas pengecekan aliran air pada instalasi NFT


PERMASALAHAN DALAM HIDROPONIK

Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional. Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1) penggunaan lahan lebih efisien,
2) tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
3) tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4) kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5) penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
6) periode tanam lebih pendek, dan
7) pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.

Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :
1) membutuhkan modal yang besar;
2) pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut;
3) pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius
Aspek lain yang penting dalam menentukan keberhasilan budidaya hidroponik pada tanaman sayuran adalah pengelolaan tanaman, yang meliputi persiapan bahan media, larutan nutrisi maupun tanaman, pemeliharaan tanaman mulai dari persemaian/pembibitan, aplikasi larutan nutrisi, proteksi tanaman dari hama dan penyakit, panen, serta pasca panen. Beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan tanaman adalah upaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman yang sehat. Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa meskipun budidaya hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca/ plastik/ kasa, namun gangguan dari hama penyakit masih tetap ada. Menurut Bugbee (2003), kunci penting untuk mengendalikan hama penyakit di rumah kaca adalah memilih varietas yang tahan hama penyakit, mengawasi lingkungan untuk mengurangi penyakit, melaksanakan sanitasi yang baik di dalam dan sekitar rumah kaca, dan menerapkan tindakan pengendalian secara manual dan kimiawi yang tepat. Selanjutnya, panen dan penanganan pasca panen yang tepat akan menentukan kualitas hasil sayuran yang diharapkan.



Gambar aktivitas pemanenan sayuran


DAFTAR PUSTAKA

Hendra, H.A., dan Agus Andoko. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofarm. Jakarta. Agromedia Pustaka


Trubus Swadaya. 2014. Hidroponik Praktis. Jakarta. Trubus Swadaya

Moekasan, T.K., dan Laksminiwati Prabaningrum. 2011. Program Komputer Meramu Pupuk Hidroponik AB Mix Untuk Tanaman Paprika. Jakarta. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Rosliani, R., dan Nani Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. Jakarta. Balai Penelitian Tanaman Sayuran





















1 komentar: