Kamis, 28 April 2016


Hasil Karya Peserta Pelatihan Membatik II Tahun 2016

Sebagai salah satu komitmen untuk mempertahankan gelar sebagai “Kota Batik Dunia” serta memberdayakan masyarakat daerah tertinggal, masyarakat desa, dan masyarakat daerah tertinggal, Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Membatik Angkatan II. Dalam pelatihan ini, peserta sebanyak 30 orang berasal dari Kecamatan Sampang, Kabupaten Madura. Pelatihan dibuka pada
Lukman menjelaskan pada peserta cara mengatur meja cap
Senin, 11 April 2016 dan ditutup pada Senin, 18 April 2016 oleh pejabat eselon III dan IV di BBLM Yogyakarta serta narasumber dari UD. Nakula Sadewa, Sleman. Pemandu berasal dari internal BBLM yaitu Dida Paramita dan Yustitia Purwitasari. Pelatih eksternal dari UD. Nakula Sadewa yaitu Lukman.

Pelatihan Membatik berlangsung selama 8 hari dengan diawali Kebijakan BBLM Yogyakarta dalam Pelatihan Membatik. Selain itu peserta dibekali juga dengan motivasi dari lembaga swasta. Pemberian motivasi ini supaya peserta pelatihan tidak hanya terampil secara teknis membatik namun juga mampu menemukan passion mereka dalam membatik. Apakah mereka akan menjadi pengrajin batik, atau menjual batik setengah jadi, atau mengerjakan bagian finishing kain batik, atau juga dapat menjadi perajin barang bermotif batik.
Peserta mencolet kain dalam kelompok-kelompok kecil

Peserta pelatihan ini secara umum sudah mengenal batik secara umum. Daerah asal peserta merupakan desa pengrajin batik. Namun demikian ada pula peserta yang sama sekali belum mengetahui tentang batik sehingga pelatihan ini menjadi kesempatan pertama mengenal batik.

Dalam pelatihan ini peserta dikenalkan dengan teknik colet (pewarnaan motif kecil pada batik) menggunakan indigosol. Tidak hanya tekniknya namun juga komposisi indigosol yang digunakan serta trik menggunakan indigosol ketika cuaca mendung. Selama ini peserta menggunakan teknik colet dengan pewarna rheumasol yang walaupun murah namun warna cenderung lebih cepat pudar. 
Peserta mencuci kain setelah dilorod untuk membersihkan malam yang masih menempel

Selain itu, peserta mendapatkan wawasan baru mengenai pencelupan warna dasar dengan napthol. Sekalipun peserta sering menggunakan pewarna napthol namun mereka belum mengetahui dengan pasti penggunaannya. Maka pada pelatihan ini, peserta berkesempatan untuk mengetahui teknik pencelupan napthol baik komposisi napthol dan garam diazonya.

Beranjak pada proses finishing, peserta mengetahui teknik pelorodan (proses menghilangkan malam pada kain) yang efektif dan efisien. Selama ini peserta melakukan pelorodan dengan merebus kain pada panci berisi air mendidih. Hal ini ternyata memakan waktu cukup lama dan pada pelatihan ini mereka mendapatkan triknya untuk melakukan pelorodan dengan efisien.

Di akhir pelatihan, peserta berkunjung ke rumah produksi UD. Nakula Sadewa untuk mendapatkan ilmu lebih jauh mengenai batik dan produksinya langsung dari pemilik UD. Nakula Sadewa. Bambang Sumardiyono menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta dengan baik dan peserta mendapat wawasan baru mengenai batik maupun manajemennya.
Peserta Pelatihan Membatik II Tahun 2016 bergambar bersama dengan Bambang Sumardiyono di UD. Nakula Sadewa 
Selain itu, peserta mendapatkan selembar kain ukuran 2 meter hasil karya sendiri untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan mengikuti pelatihan membatik di BBLM Yogyakarta.

-YP-

Kamis, 07 April 2016

Hidroponik Jogja di BBLM Yogyakarta


Sebuah kemajuan timbul karena berbagai dorongan dan tuntutan keadaan. Adanya dorongan dan tuntutan keadaan dalam hal ini akan memacu masyarakat untuk berpacu dalam mengembangkan diri dan potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik. Dalam mengembangkan diri dan potensi tersebut, biasanya akan diiringi dengan berbagai inovasi dan kreatifitas. Dunia pertanian dari masa ke masa mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai inovasi yang tercipta.  

Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani. Selain hal-hal tersebut, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan pertanian.  

Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Hidroponik merupakan salah satu inovasi yang tercipta sejak lama, bahkan ditemui literatur yang menyatakan bahwa Bangsa Aztec, Babilonia bahkan Maya sudah menerapkan hidroponik sejak ribuan tahun lalu, namun perkembangannya di Indonesia baru marak beberapa tahun terakhir ini. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi penggunaan lahan dan adanya masalah degradasi tanah. 

Sebagai salah satu lembaga pemerintah yang memiliki Tugas Pokok dan Fungsi dalam peningkatan SDM masyarakat melalui berbagai kegiatan pelatihan, Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, merasa perlu untuk ikut memajukan perkembangan hidroponik di Indonesia. Sebagai langkah nyata, sejak akhir tahun 2013 BBLM Yogyakarta berusaha memberikan percontohan kepada masyarakat tentang hidroponik. Salah satu yang sangat terlihat adalah dukungan pada kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas Hidroponik Jogja (HiJo) dalam menyebarkan virus hidroponik ke masyarakat luas. Tak kurang, 12 kegiatan pelatihan hidroponik oleh Komunitas Hidroponik Jogja diselenggarakan di BBLM Yogyakarta. Hal tersebut sebagai bukti dukungan lembaga terhadap perkembangan dan kemajuan hidroponik di Indonesia, sehingga jargon "Birokrasi yang Melayani" serta "lembaga negara adalah milik masyarakat" benar-benar dilakukan dan dirasakan nilai manfaatnya oleh masyarakat. Lebih lanjut mengenai kajian hidroponik silahkan klik http://psmjogja.blogspot.co.id/2016/01/hidroponik.html
 
Berikut ini adalah berbagai dokumentasi kegiatan Komunitas Hidroponik Jogja di BBLM Yogyakarta, majulah pertanian indonesia, majulah hidroponik...!!!