PENGANTAR
BERTANAM SECARA HIDROPONIK
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2009
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan negara-negara Asia lain, masyarakat
Jepang menduduki posisi tertinggi dalam konsumsi buah dan sayur, yaitu 150
kilogram per kapita per tahun, sedangkan masyarakat Indonesia hanya
mengkonsumsi sayuran sebesar 40,09 kg/kapita/tahun. Walaupun tingkat
konsumsi sayuran ini sudah meningkat dibandingkan dengan data tahun 2006, yaitu
sebesar 34,15 kg/kapita/tahun (data Susenas), namun tingkat konsumsi ini masih
berada di bawah standar FAO untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yaitu
minimal 65 kg/kapita/tahun. Untuk itu sosialisasi akan manfaat dan nilai
gizi sayuran perlu lebih digalakkan lagi, serta diintegrasikan dengan kampanye
penyadaran masyarakat untuk mengkonsumsi berbagai jenis sayuran dalam menu
makan sehari-hari secara teratur, hingga mencapai minimal 200 gram per orang
per hari. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menganjurkan agar setiap
orang mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gram per hari yang setara
dengan 2–4 porsi buah dan 3–5 porsi sayur, sementara rata-rata konsumsi buah dan
sayur masyarakat Indonesia masih berkisar 2,5 porsi per hari.
Di Indonesia, permintaan akan
komoditas hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan
meningkatnya kesejahteraan dan jumlah penduduk. Hasil survai WHO diatas juga
menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran konsumen, semakin tinggi
pengeluaran untuk sayuran per bulannya dan semakin mahal harga rata-rata
sayuran per kilogramnya yang mampu dibeli oleh konsumen. Artinya bahwa selain
kuantitas, permintaan sayuran juga meningkat secara kualitas. Hal ini membuka
peluang pasar terhadap peningkatan produksi sayuran, baik secara kuantitas
maupun kualitas. Namun di lain pihak, pengembangan komoditas sayuran secara
kuantitas dan kualitas dihadapkan pada semakin sempitnya lahan pertanian yang
subur, terutama di Pulau Jawa. Sampai saat ini, kebutuhan konsumen terhadap
sayuran yang berkualitas tinggi belum dapat dipenuhi dari sistem pertanian
konvensional.
Kendala pada sistem pertanian
konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara tropis
dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan yang
tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di
lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan
mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah
secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang
tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di
dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu
tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani. Selain hal-hal tersebut,
meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin
sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini
mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan
pertanian.
Salah satu cara untuk
menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan
kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik.
Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal
sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus
meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi penggunaan
lahan, dan adanya masalah degradasi tanah.
Sejarah Hidroponik
Jika
dulu kegiatan bercocok tanam identik dengan pemenuhan kebutuhan pangan,
sekarang kegiatan ini bisa dijadikan hobi. Bagi kaum urban, menyalurkan
kegemaran bercocok tanam terkait dengan kenyamanan hidup di tengah hiruk-pikuk
dan polusi udara perkotaan serta bagian dari menghadirkan nuansa alami dan
estetik di rumah. Selain itu, bercocok tanam di perkotaan bisa juga
menghasilkan pangan, terutama jika yang dibudidayakan berupa sayuran dan
buah-buahan berumur pendek.
Ide
Awal Hidroponik Hidroponik sebenarnya bukan teknologi baru di dunia pertanian.
Hidroponik muncul dari pemahaman bahwa tanaman hidup bukan karena tanah, tetapi
dari unsur-unsur yang terdapat di dalam tanah. Karena itu, jika unsur-unsur yang
dibutuhkannya dipenuhi, tanaman bisa tumbuh tanp tanah. Mesir, Cina, dan India
merupakan bangsa yang mula-mula mempraktekkan bertanam semangka, mentimun dan
sayuran lainnya di bedengan pasir di pinggir sungai Mereka menyiramkan pupuk
organik pada tanaman yang dibudidayakan sehingga bisa tumbuh optimal. Seiring perkembangan
ilmu pertanian, dua ilmuwan Jerman, Julius Von Sachs (1860) dan W. Knop
(1861-1865), membuktikan tanaman dapat hidup dalam media inert yang tidak menimbulkan
reaksi kimia. Keduanya juga berhasil mongidentifikasi unsur-unsur yang
dibutuhkan tanaman, baik dalam jumlah besar (hara makro) maupun sedikit (hara
mikro). Pengetahuan ini mendorong penelitian-penelitian lanjutan yang
difokuskan untuk membuat suatu larutan yang dapat memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman.
PROSPEK USAHA HIDROPONIK
Kegiatan
bercocok tanam identik dengan tanah, kotor, cacing, dim hal-hal lain yang bagi
sebagian orang menjadi faktor yang memadamkan keinginan untuk melakoninya,
meski kegiatan ini tergolong aktivitas produktif dan hobi. Jawaban lain problem
ini adalah budi daya secara hidroponik alias bertanam tanpa tanah. Tanpa harus
mengotori tangan dengan tanah, menyiram tanaman secara manual, dan
berpanas-panas di bawah terik matahari, siapa pun dapat menyalurkan hobi
bercocok tanam dengan metode hidroponik. Bahkan kini hidroponik juga bisa
dilakukan di dalam ruangan. kemajuan teknologi di bidang pencahayaan
menghasilkan lampu khusus untuk menggantikan fungsi sinar matahari hingga
hidroponik dapat dilakukan di dalam rumah. Dengan tangan yang bersih, tak perlu
jauh-jauh meninggalkan rumah, orang kota bisa menanam aneka jenis sayur untuk
konsumsi sehari-hari. Menghasilkan produk pertanian sendiri seperti sayuran dan
buah-buahan semusim di halaman, bahkan di beranda rumah, tentu merupakan
kebanggaan tersendiri. Terlebih setelah memahami prinsip kerja hidroponik,
bercocok tanam bukanlah hal yang sulit. Dengan kreativitas, berbagai macam
hidroponik dapat dirakit dari peralatan yang tersedia di sekitar rumah.
Jika
dibandingkan dengan cara konvensional, bertanam secara hidroponik memiliki
beberapa keuntungan. Pertama, penggunaan teknik ini dapat menekan serangan
hama, cendawan, dan penyakit yang berasal dari tanah sehingga bisa meniadakan
penggunaan pestisida. Kedua, hidroponik juga menghemat penggunaan areal tanam.
Ketiga, dengan kontrol air dan unsur hara yang terukur, kualitas dan kuantitas
panen menjadi terjamin.
Daya
simpan sayuran hidroponik juga lebih lama dibandingkan ciengan sayuran yang
ditanam secara konvensional. Dengan berbagai kelebihan dibandingkan dengan
sayuran biasa, konsumen tidak keberatan merogoh kocek lebih dalam untuk
mendapatkan sayuran yang dihasilkan secara hidroponik ini.
Hidiroponik sebagai
Usaha lebih dari sekadar hobi, hidroponik pun berkembang menjadi kegiatan
bisnis yang menjanjikan keuntungan. Hidroponik menghasilkan sayur dan buah
dengan penampilan menarik, lebih enak, dan sehat, sehingga sangat disukai
masyarakat saat ini.
Bisnis
yang Menjanjikan Pasar sayuran hidroponik tercipta seiring tren gaya hidup
sehat masyarakat, terutama kelas menengah ke atas. Dalam hal mengonsumsi
sayuran dan buah, masyarakat kelompok ini memilih sayuran yang berpenampilan
bagus dan dihasilkan dengan cara sehat. Teknik hidroponik menghasilkan sayuran
yang bebas residu pestisida sehingga lebih sehat dikonsumsi. Selain cita
rasanya lebih renyah dan segar, tampilan sayuran hidroponik biasanya juga lebih
mulus sehingga lebih menarik.
Display
Hidroponik dapat ditempatkan di salah satu sudut pusat porbelanjaan sebagai
upaya untuk menggaet konsumen Pasar hidroponik tidak hanya di kalangan
masyarakat menengah ke atas yang sadar kesehatan, tetapi juga restoran dan
hotel yang membutuhkan sayuran berpenampilan menarik. Koki hotel dan restoran
cenderung rigid dalam memilih sayuran yang akan mereka hidangkan kepada para
tamu, sehingga hanya sayuran dengan kualitas dan ponampilan seperti yang
dihasilkan teknik hidroponik saja yang dipilih.
Gambar
stan penjualan sayuran hidroponik di supermarket
Prospek pengembangan usaha
hidroponik dewasa ini semakin bagus, hal ini bisa dilihat dari animo masyarakat
dalam mengikuti pelatihan hidroponik di banyak kota-kota di Indonesia yang
selalu diserbu peserta. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha
diantaranya dengan membuka usaha edufarm, jasa pelatihan, penjualan sarana dan
prasarana hidroponik.
Gambar
kegiatan pelatihan hidroponik
Gambar
animo peserta dalam mebgikuti pelatihan hidroponik
Gambar
suasana toko penjualan sarpras hidroponik
JENIS-JENIS SISTEM
HIDROPONIK
Sejak
pertama kali dikenalkan, metode bertanam tanpa tanah ini telah mengalami
perkembangan, hingga akhirnya saat ini dikenal berbagai macam hidroponik.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis sistem hidroponik berdasarkan
metode pemberian larutan nutrisi.
Nutrien Film Technique (NFT)
Disebut
Nutrien Film Technique (NFT) karena pada sistem hidroponik ini, pemberian
nutrisi tanaman dilakukan dengan mengalirkan selapis larutan nutrisi setinggi
kira-kira 3 m pada perakaran tanaman. Jika lebih dari itu, apalagi sampai
menyebabkan perakaran terbenam terlalu dalam, tanaman bakal sulit mendapat
pasokan oksigen dalam jumlah memadai
Agar
tercipta selapis larutan nutrisi yang menggenangi perakaran biasanya digunakan
talang air atau pipa PVC berukuran 3 inchi sebagai wadah penanaman dengan
kemiringan tertentu. Dari bak penampungan atau tangki larutan nutrisi dialirkan
ke dalam talang air atau pipa PVC menggunakan pompa listrik. Kombinasi antara
kemiringan talang air atau pipa PVC dan kecepatan larutan nutrisi mengalir
masuk ke dalam talang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta selapis
larutan nutrisi seperti yang diharapkan.
Peralatan
yang dibutuhkan untuk budi daya hidroponik NFT adalah talang air, styrofoam,
rockwool, pompa air, selang, pipa PVC, dan bak air. Kelebihan hidroponik NFT
adalah mudah mengendalikan perakaran tanaman, kebutuhan tanaman akan air dapat
terpenuhi dengan cukup, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman juga dapat disesuaikan dengan umur dan
jenis tanaman, serta tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode yang
pendek. Sementara itu, kekurangannya adalah dibutuhkan biaya yang relatif besar
untuk proses pembuatannya dan dalam proses perlakuannya juga sangat bergantung
pada aliran listrik.
Gambar Skema Proses
Nutrien Film Technique (NFT)
Wick System
Metode
hidroponik wick system atau sistem sumbu adalah metode hidroponik paling
sederhana karena hanya memanfaatkan kapilaritas air. Larutan nutrisi dari bak
penampungan menuju perakaran tanaman pada posisi di atas dengan perantara
sumbu, mirip cara kerja kompor minyak. Peralatan yang dibutuhkan untuk
hidroponik sistem sumbu adalah rockwool, sumbu, dan wadah penampungan larutan
nutrisi. Sumbu dalam sistem ini biasanya menggunakan bahan-bahan yang mudah
menyerap air, seperti kain vlanel. Kelebihan hidroponik sistem sumbu
adalah mudah merakitnya sehingga cocok
bagi pemula. Kekurangannya adalah nutrisi dan oksigen cepat mengendap karena
air tidak bergerak sehingga tanaman tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi
yang dibutuhkan dalam jumlah cukup.
Gambar Skema Proses
Wick System
Floating System
Floating
system atau rakit apung dikenal juga dengan istilah raft system atau water
culture system. Prinsip sistem hidroponik ini adalah tanaman ditanam dalam
keadaan diapungkan tepat di atas larutan nutrisi, biasanya dengan bantuan
styrofoam sebagai penopangnya. Posisi tanaman diatur sedemikian rupa sehingga
perakaran menyentuh larutan nutrisi. Karena akar terendam larutan nutrisi, akar
tanaman yang dibudidayakan dengan sistem ini rentan mengalami pembusukan.
Karena itu, untuk menambah oksigen teriarut, biasanya dialirkan udara ke dalam
larutan tersebut menggunakan aerator.Peralatan yang digunakan dalam hidroponik
rakit apung adalah styrofoam, rockwool, ember atau bak penampung larutan
nutrisi. Kelebihan hidroponik rakit apung adalah tanaman mendapat pasokan air
dan nutrisi secara terus-menerus. Mempermudah perawatan karena tanaman tidak
perlu disemprot.
Gambar Skema model
floating system
Ebb and Flow
Ebb and
Flow biasa juga disebut hidroponik sistem pasang surut. Disebut demikian karena
pada sistem ini larutan nutrisi diberikan dengan cara menggenangi atau merendam
wilayah perakaran untuk beberapa waktu tertentu. Setelah itu, larutan nutrisi
dialirkan kembali ke bak penampungan. Prinsip kerja sistem ini adalah larutan
nutrisi dialirkan ke dalam wadah atau bak penanaman berisi pot yang telah diisi
media tanam. Pompa dihubungkan dengan pengatur waktu atau timer sehingga lama
dan periode genangan dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Pada dasar bak
dipasang sipon yang berfungsi mengalirkan kembali larutan nutrisi ke bak
tampung secara otomatis.
Gambar Skema Proses
Metode hidroponik Ebb and Flow
Drip Irrigation
Drip
irrigation atau fertigasi sering juga disebut dengan irigasi tetes. Hidroponik
ini menggunakan prinsip irigasi tetes untuk mengalirkan larutan nutrisi ke
wilayah perakaran tanam melalui selang irigasi menggunakan dripper yang sudah
diatur dalam selang waktu tertentu sehingga nutrisi yang dialirkan bisa optimal
dan memenuhi kebutuhan tanaman. Metode ini mengadopsi teknologi irigasi tetes
yang mula pertama diperkenalkan di israel, lalu menyebar hampir ke seluru
penjuru dunia. Pada awalnya teknologi ini sangat cocok diterapkan pada kondisi lahan
kering berpasir, air yang sangat terbatas, iklim yang kering, dan komoditas
yang diusahakan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dalam drip irrigation
larutan nutrisi tidak dialirkan kembali ke bak penampungan sehingga pengaturan
waktu dan frekuensi penyiraman sangat diperlukan dan perlu dilakukan secara
cermat agar pemberian nutrisi dapat efisien tanpa ada nutrisi yang terbuang.
Pada
hidroponik drip irrigation atau irigasi tetes, larutan nutri diberikan dengan
cara meneteskan pada wilayah perakaran tanaman. Komponen utama irigasi tetes
adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Paralon berdiameter lebih
besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan
sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap pipa
tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman
sesuai dengan jarak antar-tanaman. Untuk mengalirkan air dari sumbernya
diperlukan pompa air yang dilengkapi dengan kran dan saringan air ke pipa
utama. Tidak lupa juga pipa konektor untuk sambungan.
Gambar Skema Proses
Drip Irrigation
Hidroponik
irigasi tetes mutlak membutuhkan substrat atau media tanam seperti batu apung,
pasir, serbuk gergaji atau gambut yang berfungsi sebagai tempat akar dan
memperkokoh dudukan tanaman. Karena itu, media tanam metode irigasi tetes harus
dapat menyerap nutrisi, air dan oksigen yang dibutuhkan tanaman. Hindari media
tanam yang partikelnya berukuran terlalu halus karena dapat menyebabkan aliran
oksigen menjadi kurang lancar. Media tanam hidroponik irigasi tetes juga tidak
boleh memiliki kandungan racun atau bersifat toksik bagi tanaman. Media tanam
yang digunakan berupa serbuk gergaji yang berasal dari kayu yang pernah
diletakkan di laut sehingga memiliki memiliki kandungan garam dapur (NaCI) yang
tinggi dan bersifat toksik bagi tanaman. Batu apung dan pasir dari laut juga
tidak dianjurkan digunakan karena memiliki kandungan NaCO3 pasalnya saat
terlepas ke subtrat, NaCo3 akan mengikat besi (Fe) sehingga terjadi defisiensi
atau kekurangan unsure besi pada tanaman yang dibudidayakan di dalamnya.
Jika
menggunakan pasir, dianjurkan memakai pasir vulkanis dari letusan gunung
berapi. Media tanam dari bahan bertekstur lunak juga tidak dianjurkan karena
gampang melapuk atau rusak yang bisa mengganggu perakaran tanaman. Selain media tanam seperti dijelaskan di
atas, peralatan lain yang diperlukan untuk budi daya hidroponik irigasi tetes
adalah pot atau polybag untuk tempat tanaman. Kelebihan sistem irigasi tetes
adalah larutan nutrisi yang diberikan
mendekati keseimbangan dengan kebutuhan tanaman, serta meminimalisasi
larutan yang terbuang. Selain itu, kontinuitas pemberian air di sekitar daerah
perakaran menyebabkan kelembaban pada daerah perakaran menjadi tinggi, sehingga
stres pada tanaman yang biasanya terjadi akibat kekurangan air dapat
diminimalisasi. Namun kekurangannya, jika media tanamnya memadat, jumlah
oksigen menjadi berkurang. Solusi dari kekurangan ini adalah menggunakan media
tanam yang tepat, seperti arang sekam murni yang dicampur serbuk sabut kelapa.
Sistem ini biasanya digunakan pada tanaman sayuran buah seperti tomat, paprika,
cabai, dan terong atau yang memiliki ukuran yang tinggi dan cukup lebat.
Aeroponik
Aeroponik
dapat diartikan sebagai bercocok tanam di udara karena akar tanaman yang
dibudidayakan diposisikan menggantung di udara dan larutan nutrisi diberikan
dengan cara disemprotkan atau pengabutan. Untuk penyemprotan ini biasanya
digunakan pompa bertekanan tinggi agar butiran yang dihasilkan sangat halus
atau dalam bentuk kabut. Penyemprotan dilakukan secara berkala dengan durasi
tertentu menggunakan pengatur waktu. Larutan nutrisi yang telah disemprotkan
akan masuk menuju bak penampungan untuk disemprotkan kembali.
Aeroponik
menggunakan peralatan slyrofoam, pompa, nozel, pipa PVC, dan bak penampung.
Kelebihan aeroponik ini tanaman mendapat pasokan air, oksigen, dan nutrisi
secara berkala dalam jumlah yang mencukupi. Kelebihan penggunaan larutan
nutrisi dalam aeroponik lebih hemat diberikan dengan cara pengabutan dan
tanaman lebih mudah menyerap karena nutrisi berukuran molekul kecil. Sementara
itu, kekurangannya adalah biaya untuk instalasi aeroponik terbilang cukup mahal
dan sangat tergantung pada listrik.
Gambar Skema proses
metode hidroponik sistem aeroponik
PENGENALAN BAHAN DAN ALAT DALAM HIDROPONIK
Untuk menanam
baik secara hidroponik maupun secara konvensional tentu saja kita perlu menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan
menanam. Adapun alat dan bahan yang umum disiapkan dalam budidaya secara
hidroponik antara lain sebagai berikut :
- ALAT
Dalam menunjang
kegiatan budidaya hidroponik diperlukan peralatan pendukung. Berikut ini adalah
beberapa peralatan yang umum ada dalam kegiatan budidaya hidroponik
a.
TDS / EC meter
Alat untuk mengukur kepekatan mineral yang terlarut dalam air. Alat ini
sangat penting agar kebutuhan mineral atau nutrisi bagi tanaman dapat terukur
dengan baik. Apabila angka yang muncul setelah pengukuran (kepekatan mineral)
kurang dari standard kebutuhan tanaman, maka kita bisa segera memberikan
penambahan pekatan AB mix yang sudah disediakan. Penggunaan alat ini dengan
cara membuka tutup ujung pengukur, kemudian tekan tombol on, setelah menyala
pastikan di layar menunjukkan angka 0 (nol), setelah itu masukkan ujung
pengukur ke dalam tendon air sampai batas yang ada dalam TDS, tunggu beberapa
saat sampai angka muncul dan stabil (tidak naik/turun lagi), kemudian
bandingkan dengan standard kebutuhan tanaman yang ada.
Gambar Contoh alat TDS
b.
pH meter
pH meter digunakan untuk mengukur berapa derajat keasaman air dalam tandon
instalasi hidroponik. Apabila angka yang muncul kurang/lebih dari standard
tumbuh bagi tanaman, maka dapat dilakukan tindakan untuk menaikkan/menurunkan
derajat keasaman air dalam tendon.
Gambar pH meter
c.
Thermo higrometer
Alat ini berfungsi untuk mengetahui suhu dan kelembaban dalam ruangan. Suhu
dan kelembaban sangat penting kaitannya dengan pertumbuhan tanaman, sehingga
dengan kita mengetahui berapa tingkat suhu dan kelembaban sekitar media tanam,
bisa dijadikan dasar dalam penentuan langkah yang diambil.
Gambar Thermo Higrometer
d.
Hole shaw
Alat ini berfungsi untuk membuat lubang dasar netpot/wadah media tanam.
Alat ini penting ketika kita ingin membuat lubang tanam pada instalasi yang
menggunakan bahan paralon PVC.
Gambar Contoh Hole shaw
e.
Netpot
Alat ini berfungsi sebagai wadah media tanam yang kita gunakan, penggunaan
netpot sangat penting pada semua model hidroponik kecuali pada drip irrigation.
Gambar Netpot
f.
Bor Listrik
Penggunaan alat ini dengan hole shaw mutlak diperlukan untuk membuat lubang
tanam pada material instalasi hidroponik dari paralon PVC. Selain itu
penggunaan bor listrik paling banyak untuk membuat instalasi hidroponik
terutama untuk mengencangkan baut roofing pada material baja ringan. Penggunaan
alat ini harus dengan hati-hati dan sesuai dengan SOP K3 yang ada.
Gambar contoh bor listrik
g.
Gerinda listrik
Alat ini digunakan untuk memotong material rangka instalasi baik berupa
baja ringan, besi dll. Selain itu alat ini digunakan untuk memotong paralon PVC
maupun talang. Penggunaan alat ini harus dengan hati-hati dan sesuai dengan SOP
K3 yang ada
Gambar gerinda listrik
h.
Selang HDPE
Selang ini terbuat dari material khusus yang mampu menghindari tumbuhnya
lumut dalam selang. Selang HDPE ada beberapa macam ukuran tergantung dari
tujuan penggunaannya. Selang HDPE sangat penting dalam instalasi hidroponik
model drip irrigation.
Gambar selang HDPE
i.
Manifold
Alat ini berfungsi untuk membagi aliran air ke dalam saluran-saluran selang
yang mengaliri tanaman. Alat ini bisa dibuat sendiri maupun membeli di pasaran.
Gambar Contoh Manifold
j.
Niple selang
Alat ini berfungsi sebagai penyambung antara selang dengan paralon maupun
manifold dengan keistimewaan sambungan menjadi rapat dan kencang serta tidak
membuat aliran menjadi luber/menetes
Gambar Contoh Niple selang
k.
Stick Driper
Alat ini berfungsi untuk mengatur aliran air menetes sesuai dengan yang
kita kehendaki khususnya pada hidroponik model drip irrigation. Semakin dalam
kita memasukkan ujung stick ke selang, maka aliran air akan semakin kecil
menetes
Gambar Contoh Stick Driper
l.
Nozle
Alat ini berfungsi mengubah aliran air menjadi semprotan kabut. Penggunaan
alat ini sangat penting dalam hidroponik dengan model aeroponik. Prinsip kerja
alat ini mirip dengan sprinkle untuk penyiraman taman. Alat ini terdiri dari
bebera[a macam model, diantaranya yang menyemprot dengan sisi sampai 90C,180
C dan 360 C.
Gambar Nozle
m.
Pelubang styrofoam
Alat ini berfungsi untuk membuat lubang pada styrofoam sesuai ukuran
netpot. Cara kerja alat ini dengan cara memanaskan elemen kawat, setelah itu
segera disentuhkan pada bagian atau titik yang hendak dilubangi.
Gambar pelubang styrofoam
BAHAN
Bahan merupakan
bagian inti dalam kegiatan budidaya hidroponik, karena merupakan sesuatu yang
vital dan mutlak ada dalam kegiatan budidaya serta memiliki sifat yang habis
pakai. Berikut ini adalah beberapa bahan yang perlu disiapkan ketika akan
melakukan kegiatan budidaya hidroponik
a. Rockwool
Bahan ini terbuat dari batuan basalt yang dipanaskan dalam suhu tertentu,
sehingga terbantuk substrat yang cocok untuk pertumbuhan akar tanaman.
Keunggulan dari rockwool yang paling menonjol adalah kemampuan menyerap dan
menyimpan air yang sangat tinggi, sehingga sangat cocok digunakan untuk
budidaya tanaman sistem hidroponik
Gambar Contoh Rockwool
b. Cocopeat
Cocopeat merupakan media tanam organik yang terbuat dari serbuk sabut
kelapa. Karena bersifat organik, maka bisa dikatakan cocopeat adalah media
tanam yang ramah lingkungan. Cocopeat merupakan media tanam yang memiliki daya
serap air yang sangat tinggi, memiliki rentang pH antara 5,0-6,8 dan cukup
stabil, sehingga bagus untuk pertumbuhan perakaran tanaman. Dalam
penggunaannya, biasanya cocopeat dicampur dengan media tanam lain seperti sekam
bakar dengan perbandingan 50 : 50. Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk
mempertinggi aerasi pada media tanam, karena daya serap air cocopeat sangat
besar sehingga tingkat aerasi kecil. Tingkat aerasi ini berfungsi agar akar
dapat bernafas (menyerap oksigen) lebih baik.
Gambar cocopeat
c. Hydroton
Hydroton merupakan media tanam hidroponik yang terbuat dari bahan dasar
lempung yang dipanaskan, berbentuk bulatan-bulatan dengan ukuran bervariasi
antara 1 cm-2,5 cm. Dalam bulatan-bulatan ini terdapat pori-pori yang dapat
menyerap air (nutrisi) sehingga dapat menjaga ketersediaan nutrisi
untukHydroton memiliki pH netral dan stabil. Dengan bentuk yang bulat (tidak
bersudut), maka dapat mengurangi resiko merusak akar, dan ruang antar
bulatan-bulatan ini bagus untuk ketersediaan oksigen bagi akar. Hydroton dapat
dipakai berulang-ulang, cukup dicuci saja dari kotoran jika akan digunakan
untuk penanaman selanjutnya.
Gambar Hydroton
d. Sekam bakar
Sekam bakar merupakan salah satu media tanam yang sering dan umum dipakai,
tidak hanya untuk budidaya hidroponik saja tetapi juga untuk budidaya-budidaya
tanaman dalam pot. Media tanam ini mudah kita temui dan harga sangat ekonomis. Sekam
bakar memiliki daya ikat air yang cukup bagus, serta aerasi yang baik. Merupakan
media tanam organik sehingga ramah lingkungan, pH netral sehingga bagus untuk
perakaran tanaman. Dalam penggunaannya pada budidaya hidroponik, sering
dicampur dengan cocopeat.
Gambar sekam bakar
e. Perlite
Perlite merupakan media tanam yang dibuat dari batuan silika yang
dipanaskan pada suhu tinggi. Perlite memiliki aerasi yang bagus, pH netral dan
bobot yang sangat ringan (mirip busa/styrofoam). Perlite memiliki daya serap
air cukup baik sehingga bagus untuk perakaran. Dalam penggunaannya, biasa dicampur
dengan media tanam lain seperti cocopeat atau vermiculite.
Gambar perlite
f. Vermiculite
Vermiculite memiliki sifat yang hampir sama dengan perlite, terbuat dari
batuan yang dipanaskan pada suhu tinggi. Tetapi verculite memiliki daya serap
air lebih tinggi dan bobot lebih berat dari perlite. Dalam penggunaannya, biasa
dicampur dengan perlite dengan perbandingan tertentu.
Gambar vermiculite
g. Kain Flanel
Kain flanel atau felt adalah jenis kain yang
dibuat dari serat wol, tanpa ditenun. Kain ini memiliki sifat yang mudah
menyerap dan menyimpan air. Kain ini juga mudah ditembus oleh akar, sehingga
sangat cocok untuk budidaya sistem hidroponik.
Gambar kain flanel
h. Nutrisi AB mix
Nutrisi hidroponik adalah pupuk
yang telah diformulasikan khusus dari garam-garam mineral yang larut dalam air,
nutrisi ini terdidri dari 2 paket larutan yang terpisah, yaitu paket A dan
paket B. Masing-masing paket ini dilarutkan terpisah dalam tandon air.
Gambar nutrisi AB mix
i. Benih
Benih adalah bahan pertanaman berupa biji
yang berasal dari biji yang terpilih yang digunakan untuk mengembang
biakkan tanaman tersebut.
Gambar benih yang umum digunakan dalam hidroponik
PENYEMAIAN
Secara umum, ada empat tahapan dalam
proses penyemaian bibit hidroponik,
yaitu:
- Masa
semai
- Masa
Sprout
- Masa
migrasi
- Masa
tumbuh
Masa semai yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari
penempatan benih/bibit (biji) ke media tanam (rowckwool, cocopeat, sekam bakar,
dll) sampai terjadinya sprout. Setelah benih dimasukkan ke dalam media tana di
trai, tutup tempat semai (trai) tersebut memakai plastik gelap dan jangan
terkena matahari langsung. Waktu penutupan tempat semai sampai sprout
bervariasi, ada yang butuh 2x24 jam ada juga yang sampai berminggu-minggu. Anda
hanya perlu rajin-rajin mengintip benih yang sudah ditanam. Bila telah muncul
kecambah segera buka plastik penutup.
Selama masa semai ini, pastikan media tanamnya (rockwool,dll) tidak kering.
Supaya tetap mengandung kadar air maka Anda perlu menyemprotnya dengan sprayer
setiap hari secara rutin. Atau menyimpan media tanam itu di dalam baki berisi
air.
Cara Semai Bibit HIdroponik
Dibawah ini tahapan Semai benih
menggunakan rockwool :
a.
Potong rockwool sesuai ukuran yang anda kehendaki 1.5×1.5×1.5 cm,
atau 2x2x2 cm, atau sesuai kebutuhan anda, sesuaikan dengan besar netpot
/ pot yang digunakan, usahakan jangan terlalu besar
b. Setelah
dipotong seperti langkah pertama selanjutkan celupkan potongan rockwool ke air
tanpa nutrsi, setelah dicelup kibas kan rockwool biar tidak terlalu basah.
c. Ambil
tusuk gigi /alat lain untuk membuat lubang pada rockwool sesuaikan
dengan besar benih
d. Masukkan benih pada lubang yang telah anda
buat pada tahapan C, untuk sayuran daun seperti sawi,pakcoy,lettuce anda bisa
menaruh 1- 2 benih tiap rockwool, untuk kangkung, seledri anda bisa menaruh
sampai 4-5 benih.
e. Jika Semua potongan rockwool sudah anda beri
benih maka langkah selanjutnya adalah menutup tray semai menggunakan plastik
hitam dan taruh tray semai di tempat gelap.
f. Biasanya benih sayuran 1-3 hari sudah mulai
sprout kalau benih cabai bisa lebih lama lagi, Jika benih mulai sprout langsung
kenalkan sinar matahari.
Gambar kegiatan menyemai benih pada media
rockwool
Cara Menumbuhkan
Bibit Hidroponik (Masa Sprout)
Masa sprout yaitu masa ketika biji yang sudah ditanam
telah menumbuhkan kecambah (sprout). Setelah berkecamah dan berdaun, bibit ini
bisa mulai diperkenalkan dengan sinar matahari langsung. Penyinaran benih ini
dilakukan pada waktu pagi hari selama 2-3 jam. Lakukan setiap hari sampai benih
siap untuk dimigrasikan (dipindahkan) ke netpot di instalasi hidroponik. Selama
masa ini Anda tidak perlu memberikan nutrisi apa pun, Anda hanya perlu memastikan
kecukupan kadar air di media tanam.
Gambar bibit sayuran yang mulai tumbuh
Cara Pemindahan Bibit Hidroponik (Masa Migrasi)
Masa migrasi yaitu masa pemindahan bibit yang sudah
tumbuh di media tanam ke instalasi hidroponik baik itu berupa hidroponik sistem sumbu, hidroponik sistem terapung,
maupun hidroponik sistem tetes. Waktu yang tepat untuk memindahkan bibit siap tanam? Kurang lebih ketika
bibit telah memiliki 4 daun. Bibit yang sudah berdaun 4 sudah siap dipindahkan
ke instalasi hidroponik. Sebaiknya tempatkan di bawah jaring atau atap
pelindung supaya matahari tidak langsung menyinari tanaman. Sampai pada tahap
ini, Anda perlu melakukan pemberian nutrisi tanaman yang sesuai dengan jenis
tanaman. Pastikan dosisnya tidak berlebihan untuk menjaga tanaman agar tidak
keracunan nutrisi.
Masa Tumbuh Bibit Hidroponik
Masa tumbuh merupakan
waktu setelah benih masuk ke instalasi hidroponik sampai ia dipanen kelak.
Selama masa ini pastikan nutrisi diterima semua tanaman secara merata
PEMELIHARAAN
Setelah melalui
proses semai seperti tahapan diatas, langkah selanjutnya adalah memindah
tanaman ke sistem hidroponik yang telah kita siapkan. Anda bisa menggunakan
sistem hidroponik seperti yang anda kehendaki, yang sering digunakan untuk
tanam sayuran adalah sistem NFT, wick dan juga rakit apung. Sedangkan untuk
tanam sayuran buah sistem yang lazim digunakan adalah sistem fertigasi. Saat
minggu pertama pindah tanam gunakan larutan nutrisi pada EC yang rendah,
naikkan EC sesuai dengan umur tanaman.Hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam rangkaian pemeliharaan tanaman pada sistem hidroponik adalah
dengan cara menjaga tanaman dan juga lingkungan perakaran dan lingkungan
tanaman mendukung untuk produksi optimal tanaman yang kita tanam. Usahakan
kondisi lingkungan mendukung. Selalu kontrol suhu, kepekatan dan juga ph
larutan nutrisi agar sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman hidroponik yang
sedang kita tanam. Untuk melindungi tanaman dari hama anda bisa menggunakan
green house dalam pemeliharaan tanaman hidroponik, namun demikian ada juga
petani hidroponik yang tanpa menggunakan green house.
Gambar ektifitas pengecekan
aliran air pada instalasi NFT
PERMASALAHAN DALAM HIDROPONIK
Beberapa pakar hidroponik
mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan
dengan pertanian konvensional. Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1)
penggunaan lahan lebih efisien,
2)
tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
3) tidak
ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4)
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5)
penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
6)
periode tanam lebih pendek, dan
7)
pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Kekurangan sistem hidroponik,
antara lain adalah :
1) membutuhkan
modal yang besar;
2) pada
“Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen
maka dalam waktu sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut;
3) pada
kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada
media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat
terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang
serius
Aspek lain yang penting dalam
menentukan keberhasilan budidaya hidroponik pada tanaman sayuran adalah
pengelolaan tanaman, yang meliputi persiapan bahan media, larutan nutrisi
maupun tanaman, pemeliharaan tanaman mulai dari persemaian/pembibitan, aplikasi
larutan nutrisi, proteksi tanaman dari hama dan penyakit, panen, serta pasca
panen. Beberapa masalah yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemeliharaan
tanaman adalah upaya untuk mempertahankan pertumbuhan tanaman yang sehat.
Beberapa pakar hidroponik mengemukakan bahwa meskipun budidaya hidroponik
dilakukan di dalam rumah kaca/ plastik/ kasa, namun gangguan dari hama penyakit
masih tetap ada. Menurut Bugbee (2003), kunci penting untuk mengendalikan hama
penyakit di rumah kaca adalah memilih varietas yang tahan hama penyakit,
mengawasi lingkungan untuk mengurangi penyakit, melaksanakan sanitasi yang baik
di dalam dan sekitar rumah kaca, dan menerapkan tindakan pengendalian secara
manual dan kimiawi yang tepat. Selanjutnya, panen dan penanganan pasca panen
yang tepat akan menentukan kualitas hasil sayuran yang diharapkan.
Gambar
aktivitas pemanenan sayuran
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, H.A., dan Agus Andoko. 2014.
Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani Hydrofarm. Jakarta. Agromedia Pustaka
Trubus Swadaya.
2014. Hidroponik Praktis. Jakarta. Trubus Swadaya
Moekasan, T.K., dan Laksminiwati
Prabaningrum. 2011. Program Komputer Meramu Pupuk Hidroponik AB Mix Untuk
Tanaman Paprika. Jakarta. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hortikultura Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Rosliani, R., dan Nani Sumarni. 2005.
Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. Jakarta. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran